Yogyakarta (28/2) – Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) DIY menyelenggarakan penyuluhan Advokasi, Penanganan Konflik/Korban Gerakan/Aliran/Paham Kegiatan Bermasalah. Acara ini bertujuan membekali ormas dan Penyuluh Agama Islam dalam penguatan moderasi beragama. LDII DIY mengutus 5 kader terbaiknya guna menghadiri undangan acara tersebut.
Acara tahunan ini digelar pada Selasa 28 Februari 2023 di De Laxston Hotel, acara menghadirkan 50 tokoh masyarakat dan penyuluh, dengan materi dari 2 orang narasumber. Tercatat peserta dari MUI, DMI, NU, Muhammadiyah, MTA, LDII, dan Penyuluh Agama Islam dari KUA se-DIY.

Hadir dari LDII yaitu Tri Bangun B.R., S.Ag. dan Endri Sulistyo (Biro Pendidikan Agama dan Dakwah), H. Budi Setyo Wahono (Biro Pengabdian Masyarakat), H. Jiwantara, S.Pd. (Biro Hubungan Antar Lembaga) dan H. Rosyid Ichwanto, S.H., S.Sos. (Biro Hukum & HAM).
Dalam sesi pertama, narasumber R. Esfarin Yuri Haryono, SH, membahas tentang contoh-contoh konflik atas nama agama yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia. Jaksa Fungsional Kejati DIY ini lebih lanjut menyampaikan tentang paham-paham kegiatan bermasalah seperti aliran sesat, radikalisme, terorisme, dan upaya menggantikan dasar negara oleh sayap kanan/kiri. “Kita bahu membahu, bekerja sama agar kegiatan bermasalah tersebut tidak muncul di sekitar kita,” tegas Esfarin.
Sosok jaksa senior ini, berperan aktif merangkul ormas dalam kegiatan kejaksaan, diantaranya kegiatan Jaksa Masuk Pesantren yang dihelat di Ponpes Baitussalam Daengan. Di hadapan santri ponpes naungan LDII DIY ini, kala itu Esfarin berpesan, “Jaga nama baik pondok pesantren, jangan dinodai dengan aksi kenakalan remaja.”
Pada penyuluhan sesi kedua, narasumber Joko Triharmanto, S. Pd., berbagi pengalaman tentang bagaimana awalnya bisa terjebak menjadi pelaku terorisme. Mantan narapidana teroris (napiter) ini mengisahkan kehidupan yang tidak nyaman sebagai buron selama dua tahun. Sosok yang dikenal sebagai Bang Jek di di YouTube ini juga mengisahkan pengalamannya ditangkap dan menjalani hukuman selama 4,5 tahun di penjara. “Dari pengalaman pahit itu, saya putuskan untuk berubah. Saya dirikan yayasan Gema Salam untuk mengedukasi masyarakat agar tidak terpengaruh oleh ideologi-ideologi bermasalah,” kisahnya.
Jalan hidup Bang Jack pun berubah. Resmi menjadi mahasiswa baru sejak 23 Februari lalu, dia mengaku tertantang dengan menekuni pendidikan Pancasila yang dulunya pernah dia tolak. Beasiswa penuh dari Universitas Sebelas Maret (UNS) disandangnya untuk melanjutkan pendidikan di program pascasarjana (S2) PPKn. Kini, Bang Jack sudah berubah dari mantan napiter menjadi pemateri yang memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak terjerumus seperti masa lalunya yang kelam.
Dalam sesi ini, Bang Jack juga menekankan pentingnya edukasi masyarakat dalam mencegah terjadinya konflik dan gerakan/aliran/paham bermasalah. “Masyarakat kita harus diberikan pemahaman yang tepat tentang nilai-nilai toleransi dan kebhinekaan, serta diajarkan untuk menghargai perbedaan dan saling menghormati,” pesan Bang Jack.
Kegiatan penyuluhan Advokasi, Penanganan Konflik/Korban Gerakan/Aliran/ Paham Kegiatan Bermasalah ini merupakan upaya pemerintah dan instansi terkait dalam mengatasi konflik dan gerakan/aliran/paham bermasalah yang dapat membahayakan keamanan dan ketertiban masyarakat. LDII memandang penting acara ini dan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya kerukunan dan persatuan dalam kehidupan beragama dan bernegara, serta mendorong peran aktif masyarakat dalam menjaga keharmonisan dan kedamaian di tengah-tengah perbedaan.