Gunungkidul (10/11) – DPW LDII DIY melalui Biro Komunikasi, Informasi, dan Media (KIM) sukses menggelar Keakraban Lines Yogyakarta (Kalista) pada 9-10 November 2024 di Pendopo Watu Lampeng, Pantai Sepanjang, Tanjungsari, Gunungkidul, Yogyakarta. Acara ini dihadiri 30 peserta meliputi Biro KIM DPW, Ketua serta Pendamping Koordinator LINES DPD, serta redaktur dan penulis.
Lines merupakan kependekan dari LDII News Network yang merupakan Kelompok Kerja (Pokja) dari KIM. Di DIY, reporter Lines tersebar di seluruh kabupaten kota di bawah naungan DPD LDII masing-masing. Di era digital ini eksistensi online sangatlah penting, sehingga LDII ikut berperan dalam pembutan berita melalui Lines.
Acara keakraban tersebut dimulai setelah sholat magrib berjamaah di pendopo, kemudian dilanjutkan makan malam bersama. Setelah sholat isyak Ketua DPW LDII DIY Ir. Atus Syahbudin, S.Hut., M.Agr., Ph.D., IPU membuka acara dengan memotivasi peserta. “Kita pasti akan meninggal dunia, maka wariskanlah tiga perkara sebagai amal jariyah. Sebagai jurnalis, tinggalkan tulisan yang baik dan menginspirasi,” tegasnya.
Atus juga mengatakan dengan pelatihan yang telah dilaksanakan di berbagai daerah telah berhasil meningkatkan jumlah reporter. Jika awalnya berjumlah 20 orang kini telah bertambah menjadi 100 orang. “Kita targetkan setidaknya 5 artikel per hari. Mari kita sukseskan, agar semakin banyak berita positif yang terbit di internet,” jelas Atus.
Selanjutnya, acara dilanjutkan dengan mini gim dan kegiatan grill. Kegiatan tersebut bertujuan agar peserta bisa lebih akrab dan sambil berdiskusi. Kemudian dilanjutkan dengan istirahat untuk melanjutkan kegiatan di pagi harinya yaitu berupa gim utama, sharing melalui Focus Group Discussion (FGD), konsolidasi internal dan foto bersama.
Ditutup dengan nasihat motivasi oleh Ketua Wanhat DPW LDII DIY Drs. H. Sudiyarto, M. Acc. “Amal sholih seorang jurnalis yaitu melalui pembuatan berita, maka buatlah berita yang memuat kebenaran,” pungkas Sudiyarto. Ia juga memberikan arahan kepada para peserta untuk lebih giat dalam pembuatan berita.
Menurut Sudiyarto seorang jurnalis memiliki senjata jitu yaitu berupa rekaman original atau asli dan kamera. Saat ini perang bukan lagi menggunakan senjata tajam seperti zaman Nabi melainkan menggunakan berita-berita positif yang memuat kebenaran untuk memerangi berita-berita negatif atau hoax.
“Sebagai seorang jurnalis kita bertindak dalam pembuatan berita, foto atau video dan membangun image atau branding,” tambahnya. Sudiyarto berharap dengan adanya jurnalis yang beramal sholih dalam membuat berita dapat membantu masyarakat dan dapat memberikan manfaat untuk banyak orang.